Friday, April 4, 2008

Krupuk Mlarat

Dalam sebuah seminar "The Mindset To Success" sebuah sharing pembekalan bagi adik-adik mahasiswa sebuah perguruan tinggi yang sebagian sedang menunggu saat-saat diwisuda, salah seorang adik mahasiswi mengajukan pertanyaan:"Kak, kalau setelah lulus saya ingin usaha sendiri sebaiknya usaha apa ya ?" ini satu-satunya pertanyaan dari seseorang yang rupanya ingin menjadi pengusaha selepas diwisuda sementara nyaris semua pertanyaan seputar bagaimana cara mendapatkan kerja atau bagaimana memulai karir sebagai karyawan.

Saya mengawali dengan menceritakan pada adik mahasiswi ini bahwa minggu lalu saat nonton sebuah acara talkshow di sebuah TV Swasta berjudul "Lepas Malam", tiba-tiba saja sang presenter top yang sedang menyebutkan daerah-daerah yang terkenal karena ada sesuatu yang menarik, misal Bali dengan pariwisatanya, Jakarta dengan tugu Monas-nya, Palembang dengan Empek-empeknya dst. Itu terhenti meneruskan kalimatnya dan mengulang beberapa kali seraya kebingungan, "Tangerang.. Tangerang terkenal.. terkenal.. terkenal apanya ya? Halo Pak Walikota Tangerang, ada PR nih apa yang terkenal dari Tangerang?"

Begitu pesawat yang saya tumpangi mendarat di bandara Hang Nadim, Batam langsung terbayang Sup Ikan "Yongkee" yang pasti takkan saya lewatkan nanti malam dan ketika seorang rekan menjemput dan begitu saya duduk disofa mobil mewahnya saya langsung bertanya "Apa yang khas di Batam Pak?", "Wah.. apa ya, paling sup ikan Yongkee" jawab Pak Jadi Rajagukguk, yang ketua harian AMA Batam ini cukup kebingungan. "Trus, ntar kalau saya pulang bawa oleh-oleh apa nih Pak?" dan nampaknya pertanyaan saya ini tetap tak terjawab dengan memuaskan. Tapi dalam perjalanan pulang saat berjalan didalam terminal menuju pesawat saat menunggu boarding di ruang tunggu bandara, mata saya tertumbuk pada satu kios dengan beberapa etalase yang berisikan banyak macam makanan seperti lempok durian, dodol nangka, dodol nenas hingga kedondong pun dibikin dodol dan sebagian besar adalah khas daerah kepulauan Riau dan sekitarnya.

Aming nama si empunya kios ternyata perantauan dari Pekanbaru yang ada di Hang Nadim ini khusus untuk berjualan makanan khas daerahnya dan ternyata keuntungannya lebih dari cukup untuk membayar sewa kios di bandara tersebut. Paling tidak keinginan saya membawa pulang oleh-oleh khas Batam terobati dengan membawa pulang Lempok Durian untuk dibagikan ke keluarga, tetangga dan teman-teman di Jakarta.

Mari kita membuat daftar nama daerah dengan khas masing-masing mulai dari Sup Ikan Yongkee Batam, Terasi Udang & Krupuk Mlarat Cirebon, Krupuk Kuku Macan Balikpapan Kacang Disco dan Sop Konro Makasar, Kripik Pisang dan Kopi Lampung, Empek-empek Palembang, Gudeg, Kaos Dagadu, Salak Pondoh, Soto Pak Soleh, SGPC, Geplak mBantul, Bakmie Jawa Yogyakarta, Stock Outlet dan Mie Kocok di Bandung, Kripik Kentang & Apel Malang, Manisan Cianjur, Lunpia, Bandeng Presto, Wingko Babat Semarang, Krupuk Udang Sidoarjo, Dodol Garut, Ukiran/Patung, Salak dan Nasi Lawar Bali, Soto Madura, Getuk Trio Magelang, Durian, Bika Ambon, Bihun Kari di Medan, Asinan, Roti Unyil Bogor, Tape Muntilan, Brem dan Pecel Madiun, Nasi Liwet Solo, Nasi Jamblang, Nasi Lengko, Sinta Manisan Cirebon, Soto Kudus, Mangga Probolinggo, Jamur dan kacang khas Wonosobo. Dan masih banyak lagi yang bisa ditambahkan dalam deretan nama-nama diatas.

Pertanyaannya adalah, nama makanan yang mengangkat nama daerah atau sebaliknya? Hingga kini kota Muntilan di Jawa Tengah masih dipandang sebagai kota kecil dengan anekdot jika kita naik bus dari Yogyakarta ke Magelang jangan coba-coba berkedip, karena satu kedipan mata saja kota Muntilan bakal terlewatkan. Namun jika anda pergi ke Borobudur dan berhenti di kota ini sungguh sayang jika tidak meyempatkan mampir ke sebuah tempat yang bernama "Tape Ketan Muntilan" yang menjual bermacam-macam makanan khas daerah dengan produk unggulan Tape Ketan menyandang nama 'Muntilan' disamping Gudeg Yogya, Salak Bali, Apel Malang, Lunpia Semarang, Swikee Purwodadi dll.

Demikian banyak makanan khas yang mengangkat nama daerahnya menjadi kita kenal ibarat Bali yang lebih dikenal daripada Indonesia karena pariwisatanya tanpa perlu merepotkan Bupati hingga Gubernur sudah bermunculan dengan sendirinya. Atau karena kejelian entrepreneur setempat yang mengetahui adanya kebutuhan akan makanan khas daerah yang dalam perbincangan dengan seorang teman yang mengantar saya ke bandara Adisucipto di Yogyakarta tiba-tiba tersadarkan kalau arus penumpang di bandara dalam setahun terakhir ini tiba-tiba saja meningkat pesat sementara kios penjual oleh-oleh khas daerah masih bertumpuk di pusat kota atau sekitar stasiun kereta api.

Jadi.. jika adik mahasiswi ini masih belum menemukan ide usaha apa, bisa jadi makanan khas yang paling dicari atau makanan khas yang berembel-embel nama daerah mungkin bisa jadi salah satu ide usaha disamping ribuan ide usaha lain yang bisa kita temukan dengan cara sederhana dan selalu ada di sekitar aktifitas kita sehari-hari.

* Majalah Enterpreneur Indonesia, hal-22, edisi Juli 2005

dikirm oleh : haryo

0 Komentar:

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template